Lahirkan SDM yang Berkualitas! Pemerintah Terapkan Lagi Model Pelatihan Pembelajaran Mandiri dalam Program Prakerja

 


Pemerintah berupaya meningkatkan kualitas pelaksanaan Program Prakerja dengan adanya moda pelatihan tambahan yang mendukung fleksibilitas dan aksesibilitas khususnya untuk peserta dari Indonesia Timur yang memiliki perbedaan waktu, yaitu diaktifkannya kembali pelatihan asynchronous moda pembelajaran mandiri atau Self-Paced Learning (SPL).

Metode ini memiliki keunikan di mana pelatihan harus diakses sesuai alur (sequence) yang disampaikan, dan tidak bisa dilewati maupun dipercepat. Meskipun moda ini dapat memberikan fleksibilitas, namun membutuhkan komitmen personal yang lebih tinggi dari penggunanya. dengan penguatan di berbagai bidang, Program Prakerja akan semakin bermanfaat bagi masyarakat Indonesia.  Pelaksanaan Program Prakerja menjadi salah satu upaya untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian  sekaligus Ketua Komite Cipta Kerja Airlangga Hartarto mengatakan bahwa visi Indonesia 2045 merupakan cita-cita besar yang ingin diwujudkan bersama. Tetapi, untuk benar-benar melesat, SDM Indonesia perlu dibekali dengan skill yang relevan. Untuk itu, pelatihan untuk upskilling dan reskilling berskala besar seperti Prakerja memang patut dilanjutkan. “Terus tingkatkan kompetensi menjadi angkatan kerja berdaya saing menuju Indonesia Maju,” imbuh Airlangga

Pada 23 Februari 2024 dibuka gelombang baru penerima Prakerja yakni Batch 63, dengan target peserta sebesar 1,148 juta sepanjang tahun 2024. Kuota ini akan dieksekusi secara bertahap oleh Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja (MPPKP).

Airlangga mengatakan upaya untuk memperkuat Program Prakerja dilakukan melalui peningkatan kolaborasi yakni Program Prakerja akan bekerja sama dengan lebih banyak pihak khususnya Kementrian/Lembaga (K/L) untuk menyediakan berbagai pelatihan berkualitas yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja. Kemudian, memperluas jangkauan yaitu Program Prakerja akan menjangkau lebih banyak lagi masyarakat di daerah terpencil dan tertinggal, juga mendorong keterlibatan Lembaga Pelatihan di lebih banyak lagi kabupaten/kota di seluruh Indonesia.

“Di tahun 2023 saja dengan skema normal, angka kepesertaan lebih tinggi 14,29% dari target awal, dampak mengenai peningkatan peluang kerja ini juga dikonfirmasi oleh studi Definit dari ADB dimana angkanya mencapai 95%,” kata Airlangga.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama